Rabu, 19 Februari 2014

SEJARAH KLASIFIKASI ISLAM



SEJARAH KLASIFIKASI ISLAM
Daftar  Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC), diterbitkan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional RI sebagai instansi pembina yang mempunyai tanggung jawab menyediakan pedoman yang baku untuk pengolahan semua jenis bahan pustaka. Pedoman ini terbit pertama kali pada tahun 1993 dengan judul Klasifikasi Bahan Pustaka tentang  Indonesia menurut DDC oleh Soekarman dan J.N.B Tairas. Dalam buku tersebut, klasifikasi yang dipakai adalah 2X0. Pada tahun 2005 Perpustakaan Nasional menerbitkan edisi revisi dengan judul Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 dewey Decimal Classification (DDC) dan pada tahun 2006 penyusunan Tajuk Sunjek Islam dapat diselesaikan.
Mempertimbangkan kemudahan dalam penggunaan pedoman tersebut maka kedua pedoman tersebut diterbitkan dalam satu kesatuan dengan judul Daftar Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC).
Intinya, Klasifikasi Islam diciptakan karena klasifikasi yang ada belum memenuhi kebutuhan untuk klasifikasi Islam. Klasifikasi yang ada masih umum dan tidak spesifik untuk koleksi Islam, sehingga diperlukan pengembangan klasifikasi untuk lebih menspesifikan  klasifikassi koleksi Islam.

Referensi:
Perpustakaan Nasional RI. 2006. Daftar Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 DDC. Perpustakaan Nasional Ri, Jakarta.

Kamis, 13 Februari 2014

Terbitan Berseri

TERBITAN BERSERI
1. PENGERTIAN
Menurut Abdul Rahman dan Yuyu Yulia,  Terbitan berseri merupakan salah satu terbitan yang berisi informasi berita atau kabar, berita keilmuan serta kejadian-kejadian yang menyangkut ekonomi, politik, dan lain-l ain yang menarik di masyarakat.
Terbitan berseri disebut juga terbitan berkala yang terbit terus-menerus dengan jangka waktu yang teratur.
Webster’s Third New International Directory of The English Language mendefinisikan terbitan berseri yaitu suatu terbitan ( surat kabar, jurnal, buletin, buku tahunan) yang diterbitkan dengan nomor yang berurutan dan terbit secara berseri secara terus menerus.
Menurut ALA Glosary of Library Term, serial adalah suatu publikasi yang diterbitkan  berturut-turut, bagian demi bagian, biasanya dengan jarak penerbitan yang tetap dan dimaksudkan untuk terbit terus menerus tanpa batas-batas waktu tertentu.
Banyak pendapat mengenai definisi terbitan berseri, namun ada dua kata kunci penting mengenai terbitan berseri, yaitu:
Terbitan ini diterbitkan terpisah-pisah dengan judul yang seragam dan bernomor.
Terbitan ini dimaksudkan terbit terus menerus dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

2. SEJARAH
Beberapa ahli informasi dan perpustakaan berpendapat bahwa majalah maupun terbitan berkala lainnya merupakan awal perubahan pemikiran manusia. untuk itu terdapat dugaan bahwa majalah “Mercurius gallobelgicus” kemungkinan besar dianggap sebagai majalah pertama yang terbit di Cologne.
Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1665 M di Paris Perancis terbit majalah “Journals des Scanvans” yang kemudian berubah judul menjadi Journal des sarvant. Kemudian pada tahun yang sama di London terbit majalah Transactions of royal society yang dianggap sebagai majalah tertua di dunia yang sampai saat ini masih terbit.
Semakin hari pergaulan manusia semakin luas dan dapat saling bertukar informasi. Kemudian berkembang penerbitan berkala ini disusul dengan munculnya majalah baru di beberapa negara. Amerika pertama kali menerbitkan majalah “The general magazine and historical chronicle” terbit pada tahun 1741 yang dicetak dan diedarkan oleh B. Franklin di Pheladelphia.
Indonesia juga menyusul dalam penerbitan ini dengan terbitnya majalah “verbandelingen van het bataviaasch genootschap van kunsten en wetenschapen” yang terbit pertama kali tahun 1779 di batavia (jakarta).
Dalam hal penerbitan persurat kabaran, cina pada abad ke-8 untuk pertama kalinya menerbitkan surat kabar dengan judul “tching pao” atau “new of the palace” terbit di peking. Kemudian inggris menerbitkan london weekly pada tahun 1621. Lalu pada tahun 1631 perancis menerbitkan surat kabar berbahasa perancis pertama dengan judul “la gazette”.

Selasa, 11 Februari 2014

komunikasi pemasaran perpustakaan


KOMUNIKASI PEMASARAN
Untuk bisa berkomunikasi secara efektif, perusahaan-perusahaan membayar biro iklan untuk merancang iklan yang efektif. Perusahaan modern mengelola suatu sistem komunikasi pemasaran yang kompleks. Perusahaan itu berkomunikasi dengan perantaranya, dengan konsumennya dan dengan masyarakat luas.
Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari 4 alat utama :
1.      Iklan : semua bentuk penyajian non-personal, promosi ide-ide, produksi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar.
2.      Promosi penjualan : insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
3.      Publisitas : suatu stimulasi non-personal terhadap permintaan produk, jasa atau unit dagang dengan menyebarkan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu disuatu media.
4.      Penjualan pribadi : penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan.

Beberapa alat komunikasi :
1.      Iklan : iklan cetak dan radio, katalog, film, majalah, brosur, papan iklan, dll.
2.      Promosi dagang : hadiah, pameran, pembagian kupon, diskon, penjualan obral, dll.
3.      Publisitas : pers, pidato, seminar, hubungan masyarakat, dll.
4.      Penjualan pribadi : presentasi penjualan, pertemuan penjualan, pameran dagang.

Proses Komunikasi
§  Pengirim
§  Penulisan dalam bentuk sandi (encoding) : proses pengungkapan pendapat dalam bentuk simbolik
§  Pesan : serangkaian simbol yang dikirim oleh pengirim
§  Media : saluran komunikasi yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
§  Pembacaan sandi (decosing) : proses ketika penerima mengartikan simbol.
§  Penerima : pihak yang menerima pesan
§  Tanggapan : reaksi dari penerima setelah melihat pesan.
§  Umpan balik : bagian dari tanggapan penerima bahwa penerima itu mengkomunikasikan kembali kepada pengirim
§  Gangguan : gangguan yang tak terduga selama proses komunikasi mengakibatkan penerima memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirim oleh penerima.
Langkah-langkah pengembangan komunikasi yang efektif :
Langkah-langkah pokok dalam mengembangkan suatu komunikasi yang menyeluruh dan program promosi. Komunikator pemasaran harus :
1.      mengidentifikasi khalayak sasaran (targety audience).
2.      Menentukan tujuan komunikasi
3.      Merangsang pesan
4.      Menyeleksi saluran-saluran komunikasi
5.      Menetapkan jumlah anggran promosi
6.      Memilih bauran promosi
7.      Mengukur hasil-hasil promosi
8.      Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi pemasaran.

A trained Librarian is a Powerful search engine"

"A trained Librarian is a Powerful search engine" 
and "
 "Librarian is the original search engine"
Foto Win Winaga.Foto Win Winaga.
Apa jadinya kita tanpa pustakawan? Tanpa pustakawan, tidak akan lahir sebuah pengetahuan baru. why? karena HANYA pustakawan yang mampu mengolah informasi sehingga informasi tersebut mudah ditemukan kembali oleh pengguna, setelah informasi ditemukan oleh pengguna, maka akan lahirlah pengetahuan-pengetahuan baru.tapi tidak banyak orang yang sadar akan hal itu. YAKINLAH, tanpa pustakawan para peneliti, para akademisi tidak akan bisa menciptakan pengetahuan baru.
kenapa diatas saya menuliskan "A trained Librarian is a Powerful search engine" and " "Librarian is the original search engine", karena di dunia ini informasi sangat melimpah dan tidak semua informasi itu valid. dan utk menemukan informasi yang valid diantara jutaan informasi maka dibutuhkan pustakawan, karena HANYA pustakawan yang bisa. Layaknya search engine, pustakawan bisa menunjukan kepada anda tentang informasi apapun, because LIBRARIAN IS THE ORIGINAL SEARCH ENGINE.
Sungguh Pustakawan itu Luar Biasa.

Minggu, 09 Februari 2014


PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KARIR MENUJU SERTIFIKASI PUSTAKAWAN

     Pengembangan Karir Pustakawan

Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang diduduki oleh dalam dunia kerja. Jadi istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai pekerjaan yang statusnya tinggi saja, melainkan posisi pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau tingkat organisasinya. Kemajuan karir seseorang dapat terwujud jika dia telah memahami tentang pengembangan karir. Pengembangan karir dirasa penting untuk menghasilkan pustakawan yang berkualitas, profesional, bertanggung jawab, jujur dan lebih mampu dalam pemberian pelayanan terbaik pada publik. Sebuah organisasi atau lembaga termasuk dalam hal ini perpustakaan dikatakan bermutu apabila kualitas pelayanan yang diberikan kepada publik telah memperoleh pengakuan dari masyarakat. Oleh karena itu, pustakawan harus memahami standar perpustakaan dan standar pustakawaan serta mengaplikasikannya agar dapat mengembangkan karirnya.
Standar tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan, tenaga teknis perpustakaan dan tenaga ahli perpustakaan. Untuk menjadi seorang kepala perpustakaan diharapkan seseorang menjabat sebagai pustakawan atau setidak-tidaknya menjadi tenaga ahli perpustakaan. Sedangkan tenaga teknis perpustakaan itu biasanya diambil dari seseorang nonpustakawan dapat juga pustakawan yang secara teknis mendukung pelaksanaan fungsi perpustakaan. Kemudian, standar seorang pustakawan sebagai berikut:
1.   Pustakawan harus memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) di bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi.
2.   Seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi juga dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan bidang perpustakaan.
3.   Pendidikan dan pelatihan di bidang perpustakaan diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga lain yang diakreditasi oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga sertifikasi yang diatur oleh Perpustakaan Nasional RI.
4.   Pustakawan harus memiliki kompetensi profesional yang mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja, dan kompetensi personal yang mencangkup aspek kepribadian dan interaksi sosial. Dan jika seorang pustakwana memiliki kompetensi tersebut akan mendapat penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial yang sudah ditetapkan di peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.
5.   Pustakawan harus memiliki sertifikat kompetensi kepustakawanan yang diberikan oleh lembaga sertifikasi mandiri atau lembaga pendidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

 Pembinaaan Karir Pustakawan
1.   Pembinaan dan tuntutan profesi
Dalam era informasi muncul berbagai profesi yang terlibat dalam aktifitas informasi. Jika pustakawan tidak mampu melihat peluang, sekaligus tantangan, maka ranah garapan pustakawan akan menjadi milik orang lain. Jika tidak hati-hati pusrakawan hanya akan menempati posisi “tukang”, orang lain sebagai “manajer”. Dalam kegiatan teknologi informasi,tiga profesi sebagai pemain yaitu: a). Pakar komputer, b). Pakar komunikasi, c). Pakar ilmu Perpustakaan dan Informasi. Pakar komputer sangat piawai dalam hal perangkat lunak dan perangkat keras, pakar komunikasi lebih kepada sarana komunikasi (Communication and telecomunication infrastucture) dan penyampaiannya. Sedangkan pustakawan memiliki keahlian dalam hal informasi atau kandungan isinya. Perangkat lunak, perangkat keras komputer dan sarana komunikasi-telekomunikasi hanya alat atau media. Semua sarana tersebut tidak bermakna apa-apa, bila tidak dilengkapi dengan informasi.
Melihat tantangan, yang sekaligus juga peluang menuntut profesi sebagai pekerja informasi untuk selalu melakukan pembinaan tanpa mengikuti perkembangan, profesi pustakawan akan ketinggalan dan akan ditinggalkan.Masalah utama yang dihadapi profesi pustakawan di Indonesia khususnya adalah kualitas anggota. Berbeda dengan profesi lain, yang telah memiliki batas minimal pendidikan tertentu untuk menjafi anggtota profesi; misalnya untuk menjadi anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) harus memiliki ijazah dokter, untuk menjadi anggota IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia) minimal harus sarjana hukum. Dengan kata lain untuk menjadi anggota profesi disyaratkan secara formal memiliki pendidikan formal yang sesuai sebelum diangkat menjadi anggota. Lain halnya dengan anggota profesi pustakawan di Indonesia, yang sampai saat ini masih sangat terbuka untuk semua orang, tanpa melihat latar belakang pendidikan yang bersangkutan. Padahal di Inggris, untuk menjadi anggota LA ( Library Association), harus mengajukan permohonan melalui penilaian tertentu seseorang dapat diterima atau ditolak. Latar belakang pendidikan ilmu Perpustakaan tidak serta merta menjadi anggota LA. Saat ini anggota profesi pustakawan Indonesia berbagai latar belakang pendidikan, baik sarjana atau bukan sarjana. Baik sarjana sebagian besar bukan sarjana Ilmu Perpustakaan.
Namun demikian, pemerintah RI untuk mengangkat seseorang menjadi pustakawan sebagai jabatan fungsional harus memiliki persyaratan tertentu. Pada awal diakuinya jabatan fungsional pustakawan (1988), PNS dengan pangkat minimal 2/A, ijazah minimal SMA atau sederajat dan telah bekerja di perpustakaan minimal 2 tahun dapat diangkat menjadi pustakawan. Namun sekarang, untuk dapat diangkat dan menduduki jabatan fungsional pustakawan disyaratkan berpendidikan minimal D2 Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Dilihat dari segi kualitas pustakawan masih sangat memprihatinkan, karena dari segi pendidikan ternyata hampir 70% pustakawan berasal daripendidikan non-pustakawan; hanya sekitar 30% yang memiliki ijazah Ilmu Perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Untuk memberikan gambaran komposisi pustakawan  (sebenarnya, pejabat fungsional pustakawan menurut SK Menpan 132/2002) berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
<= SLTA
1062
41,23
Diploma & SM
608
23,60
S1
791
30,71
S2
85
3,30
S3
1
0,04
Tda
29
1,13
Jumlah
2576
100

Sumber: Data Perpustakaan Nasional RI, 2004

Dibalik Nama Pustakawan



Dibalik Nama Pustakawan
Pustakawan, inilah salah satu nama profesi yang belum trend di kalangan masyarakat Indonesia secara umum. Pustakawan yaitu orang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal minimal D2 dalam bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi (Purwono, 2013). Akan tetapi, pengertian itu belum masuk ke dalam sanubari semua masyarakat Indonesia pada umumnya, yang mereka ketahui mengenai pustakawan ialah “penjaga buku” yang mempunyai tugas “menata buku”. Image itu terbentuk karena akibat dari kinerja pustakawan sendiri yang kurang memahami arti dari kata “melayani”. Dalam hal ini arti kata “melayani” yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka dan membantu pemustaka untuk mendapatkan informasi yang diinginkan secara efektif dan efisien. Sedangkan, para pustakawan yang tidak memiliki ilmu yang cukup mengenai dunia kepustakawanan, mereka akan menganggap bahwa tugas mereka hanyalah menyediakan buku. Mereka memikirkan apakah buku tersebut sesuai dengan kebutuhan pemustakanya atau tidak, sehingga alhasil perpustakaan sepi pengunjung. Apabila perpustakaan sudah seperti itu, maka fungsi perpustakaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
 “Change of librarian’s images”, inilah periode pustakawan saat ini. Perubahan citra pustakawan dari “tukang” menjadi “ahli”. Dalam hal ini yaitu ahli informasi yang mengetahui semua jenis informasi, meskipun informasi yang dimiliki tidak mendalam untuk setiap masing-masing ilmu pengetahuan.
Pustakawan bukanlah sebuah profesi yang mudah. Pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai pustakawan masih sangat kurang, sehingga masyarakat yang belum mengetahui siapa itu pustakawan sebenarnya langsung terpengaruh pendapat umum yang memaknai pustakawan itu adalah seorang penata buku. Padahal, tugas pustakawan mulai dari koleksi datang sampai koleksi sampai ke pengguna itu bukan hal mudah, tidak semua orang bisa melakukannya.
Pustakawan harus mengidentifikasi atau memilah terlebih dahulu sumber-sumber informasi mana saja yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, setelah mendapatkan sumber-sumber informasi maka pustakawan akan memilih sumber informasi yang paling tepat dari yang tepat. Apabila sudah menemukan sumber informasi yang paling tepat dari yang tepat, selanjutnya pustakawan akan melakukan pengadaan sumber informasi baik melalui pembelian, tukar menukar, atau yang lainnya. Setelah sumber informasi / koleksi datang, selanjutnya koleksi tersebut diolah. Setelah proses pengolahan selesai, dilanjutkan dengan persiapan menyimpan informasi kemudian dilanjutkan penyimpanan informasi baik itu penyimpanan di database maupun di rak. Penyimpanan yang dimaksud yaitu informasi harus mudah ditemu kembali. Setelah informasi disimpan maka informasi-informasi/ koleksi-koleksi harus disesuaikan dengan kelasnya, yaitu berdasarkan subjeknya. Pada akhirnya pengguna perpustakaan akan merasakan manfaatnya.
Penjelasan paragraf diatas mengenai transfer informasi yang merupakan bagian kecil dari tugas pustakawan. Saat ini, tugas pustakawan adalah menjembatani antara informasi dengan pengguna. Dengan memberikan pelayanan prima kepada pengguna, secara tidak langsung pustakawan turut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pelayanan prima, perpustakaan akan menjadi ramai pengguna yang datang karena kebutuhan pemustaka terpenuhi dan ditambah pelayanan yang ramah yang bisa mnyenangkan hati pemustaka dan membuatnya datang lagi ke perpustakaan.
Pelayanan prima yang diupayakan oleh pustakawan untuk memperbaiki citra pustakawan melalui banyak proses yang hampir semua proses melibatkan masyarakat/pengguna. Sebelum perpustakaan mengadakan koleksi, proses yang dilalui yaitu analisis masyarakat yang melibatkan pustakawan dan pengguna, yang dimaksud analisis masyarakat yaitu menganalisis kebutuhan pengguna. Setelah melakukan analisis masyarakat, pihak perpustakaan melibatkan pustakawan dan masyarakat untuk membuat kebijakan perpustakaan. Selanjutnya dalam proses seleksi bahan perpustakaan, pihak perpustakaan melibatkan kembali pengguna. Dalam proses yang selanjutnya, yaitu pengadaan, tidak diperlukan peran pengguna. Setelah buku datnag, tugas pustakawan belum berakhir, masih ada penyiangan, yaitu memilih koleksi  mana saja yang akan disingkirkan dari koleksi. Dalam hal ini diperlukan peran pengguna, supaya pustakawan mengetahui apakah koleksi yang akan disingkirkan masih dibutuhkan pengguna atau tidak. Setelah proses penyiangan, tugas pustakawan selanjutnya yaitu evaluasi seluruh kegiatan yang dilakukan dalam proses pengembangan koleksi. Apabila proses-proses itu dilakukan, maka pengguna akan mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Tulisan diatas hanya sebagian dari tugas pustakawan, masih ada banyak lagi tugas pustakawan. Maka dari itu, penulis mohon bagi pembaca yang belum mengetahui makna dari psutakawan jangan langsung menjudge bahwa pustakawan itu penjaga buku atau apa. Librarian is the original search engine.