Senin, 05 Mei 2014

minimnya minat baca pada anak

Minimnya Minat Baca Pada Anak
Lihatlah fenomena yang terjadi terhadap generasi bangsa saat ini, mereka lebih memilih acara televisi daripada memilih buku untuk mengisi  waktu luang mereka. Kenapa hal itu terjadi? Menurut sudut pandang saya, hal itu terjadi karena sejak dini mereka tidak dibiasakan “bermain” dengan  buku. Hal itu tentu menjadi kesalahan orangtua. Bagaimana tidak, sejak anak itu mulai beranjak besar katakanlah satu  tahun, mereka sudah bisa mencerna apa yang dilihat dan hal tersebut akan sangat mempengaruhi pemikiran dan kebiasaan si anak. Berdasarkan pengamatan saya, sebagia besar para Ibu ketika menidurkan  anaknya  sambil menonton televisi. Hal itu dilakukan secara terus menerus, alhasil ketika anak sudah besar, si anak selalu minta menonton televisi sebagai pengantar tidurnya. Tentu hal itu merupakan kebiasaan orangtua yang menular kepada anaknya.
Selain faktor kebiasaan orangtua, faktor lain yang mempengaruhi keengganan anak kepada membaca adalah latar belakang pendidikan orangtua. Kenapa demikian? Bisa kita lihat di masyarakat yang sebagaian besar latar belakang pendidikannya paling tinggi hanya sampai SMA. Mereka tidak memandang penting buku dan merasa tidak memerlukan buku. Sehingga mereka tidak meluangkan sedikit waktu mereka untuk membaca. Hal tersebut pernah saya buktikan. Masyarakat di sekitar rumah saya sebagian besar adalah petani dan hanya mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Ketika saya menawarkan buku-buku pertanian, mereka tidak mau dan menjawab “lah buat apa menanam jagung saja pakai buku, saya sudah pintar menanam jagung dari dulu”.  Sangat ironis bukan? Bagaimana mereka mengajak anak mereka untuk mencintai buku kalau mereka sendiri tidak mau membaca buku. I think it’s impossibe.
Sistem pendidikan di Indonesia juga turut menjadi faktor rendahnya minat baca pada anak. Kalau  sistem pendidikan di luar negeri membiasakan anak mereview buku sehingga akan melahirkan budaya membaca, kenapa di Indonesia tidak? Tentu hal itu perlu dibenahi lagi oleh pemerintah.
Anak adalah generasi bangsa, dan tentunya semua orangtua menginginkan anaknya menjadi anak yang pandai. Bagaimana caranya anak bisa pandai? Tentunya dengan membaca buku.   Pelajaran-pelajaran yang diterima dari sekolah tentu belum cukup, maka dari itu anak harus rajin membaca. Lalu bagaimana caranya anak rajin membaca? Tentunya dengan kebiasaan. Kenalkan anak sejak dini dan mulailah membaca dari diri sendiri. Karena apapun yang dilakukan oleh orangtua pasti anak akan mencontohnya. Kalau orangtua sudah membiasakan dirinya untuk membaca, pastilah anak mengikuti meski hanya sekedar membuka-buka buku bagi anak yang belum bisa membaca.

Langkah pertama yang sangat penting adalah bagaimana anak bisa suka dengan buku terlebih dahulu. Belikan anak buku-buku yang disenangi mereka. Meski mereka belum bisa membaca, setidaknya anak menyukai buku terlebih dahulu meski hanya dilihat-lihat gambarnya saja. Belikan anak buku-buku animals, buah-buahan atau yang lainnya yang sekiranya anak suka. Dengan diawali kesukaan anak pada buku, nantinya kalau sudah besar anak akan terbiasa dengan membaca buku.

Selasa, 18 Maret 2014

silver fish, kutu buku, jamur buku



Silver fish

Silver fish mempunyai banyak nama, antara lain silver moth, sugar fish, slicker fish, fish moth dan sugar lousy. Serangga ini berbadan ramping tidak bersayap dan berwarna abu-abu. Serangga ini bersifat aktif dimalam hari. Telurnya diletkkan ditempat-tempat yang gelap, setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas.
Jenis serangga ini hidup ditempat-tempat yang gelap seperti dibelakang buku-buku, rak dan lemari. Makanan yang menjadi sasaran utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bagian buku yang cepat dirusak ialah punggung buku, kulit buku, label buku, gambar, dll. Serngga ini diperkirakan mempunyai seratus jenis yang tersebar diseluruh dunia. Jenis-jenis silver fish yang dikenal ialah lapisma sacharina, thermogia domestika, ctenolepisma urbana dan ctenolepisma longi caudata.
Kutu buku (Book Lice)

Bentuk serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu buku. Bagia buku yang diserang ialah punggung dan pinggirnya. Serangga ini memang sangat rakus terhadap kertas. Permukan kertas selalu dikikisnya sehingga huruf-hurufnya hilang. Disamping itu, kutu buku menghancurkan selulosa. Pengrusakan kertas dilakukan oleh larvanya. Jenis serangga ini paling sulit diberantas.
Jenis-jenis kutu buku yang terkenal ialah lipocelis divinatorium, trogium pulsatorum, pesoceoptropus macrops, pesyllopsocus, dorypetrix, lachessila, lepinotus, ectopsocus, dan arhipsocus.
Jamur
Jamur merupakan  mikroorganisme yang tidak berklorofil, jamur berkembang biak dengan spora. Spora dapat menyebar diudara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembangbiak. Kertas  merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan spora, terutama dilingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi.
Jamur yang bisa merusak bahan pustaka bukanlah jenis jamur yang dibuat soup tetapi jenis jamur yang beracun yang lazim kita lihat pada pakaian atau benda-benda lain. Jamur jenis ini akan bisa membiak dengan leluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu, serta tingkat kelembaban yaitu  80%  keatas, dengan temperatur diatas 210 C.
Jamur tersebut memperoduksi beberpa macam bahan organik seperti asam oksalat, asam fomiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut dn rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehingga mengurangi daya rekatnya dan merusak tinta yang mengakibatkan tulisan tidak jelas terbaca.
Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat  bahan pustaka lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka.  Jika punggung buku terkena air atau lembab, tumbuh jamur dengan warna putih. Jamur ini bisa dibersihkan dengan alkohol dan tidak akan tumbuh lagi.  

Referensi : Martoatmodjo, Karmidi. 2010. Materi pokok pelestarian bahan pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka

note: gambar diambil dari google.com

Rabu, 12 Maret 2014

Komikus Perancis Datang ke UIN


Komikus Perancis Datang ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Over load, Itulah kondisi  ruang Theatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Para peserta sangat antusias sekali untuk menyaksikan acara Muslim’ Show yang diselenggarakan pada hari Rabu, 12 Maret 2014 oleh Penerbit Mizan bekerjasama dengan  Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. mereka  sampai rela duduk lesehan untuk menyaksikan acara Muslim' show tersebut. “Dengan terselenggaranya acara ini diharapkan bisa memperkenalkan Jurusan Ilmu Perpustakaan dan semoga jurusan kita menjadi lebih bagus lagi” tutur Satria selaku ketua panitia.

Acara dimulai pukul 9.00 WIB namun sejak pukul 7.30 WIB perserta sudah berbondong-bondong mendatangi ruang theatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Namun, panitia tidak memperbolehkan masuk ke ruang theatrikal terlebih dahulu sebelum jam 9.00 WIB, alhasil peserta memadati selasar depan ruangan tersebut. “Kami belum memperbolehkan peserta masuk kedalam ruangan dikarenakan stand kita buka pukul 9.00 WIB.” tutur Hanik, salah satu panitia dalam acara Muslim’ Show.
Acara Muslim’ Show ini tiga menghadirkan pembicara dari Perancis yaitu Noredine Allam, Greg Blonding dan Karim Allam. Disamping ketiga pembicara tersebut, dihadirkan juga translator dari Prodi Bahasa Perancis dai UGM yaitu Ali Shahab. Acara tersebut dimoderatori oleh dosen ilmu Perpustakaan, M. Ainul Yaqin.

Sebelum acara dimulai, Papyruz band dan al-Jami’ah membuka acara dengan penampilan mereka yang memukau. Peniupan suling bambu yang dipimpin oleh Ahmad Patah, Pembantu Dekan III Fakultas Adab dan Ilmu Budaya menjadi pembukaan resmi acara Muslim’ Show tersebut.
The Muslim’ Show ini ditulis oleh mereka untuk menggambarkan keadaan umat Islam di Perancis. “Sejak lima tahun terakhir saya mulai mempelajari Islam denga sungguh-sungguh dan mencoba berdakwah melalui komik. Saya perlu melakukan kegiatan ini karena di Perancis tidak menggambarkan kehidupan di Perancis sebenarnya.” tutur Noredine.   Noredine juga menuturkan bahwa pembuatan komik tersebut adalah kerjasama dari ketiganya, yaitu Noredine yang menyumbangkan ide kemudian digambar oleh Greg dan diwarnai oleh Karim.

Muslim’ Show ini merupakan Public Lecture yang digunakan sebagai salah satu media diskusi bersama mengenai The Muslim’ Show, sebuah serial komik Perancis pertama yang menggambarkan kehidupan Muslim di Barat dengan cara humoris. Acara ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, dan juga dari pihak penerbit Mizan. Tidak hanya dari mahasiswa maupun dosen UIN, tetapi juga dari UPN, UGM, UNY, dan UMY. “Peserta yang hadir sekitar 225 Mahasiswa, baik dari mahasiswa UIN, UPN, UGM, UNY, dan beberapa alumni UIN. Itu belum termasuk peserta yang diluar gedung.” Ujar Icrima, salah satu panitia dari acara tersebut. Dengan ruangan yang tidak cukup luas, tentu kapasitas tempat duduk yang disediakan kurang untuk menampung 225 peserta, sehingga banyak peserta yang duduk lesehan dan tidak bisa masuk. “Kita memilih tempat di Perpustakaan dengan berbagai pertimbangan. Meski peserta terbatas, namun kita menyedikan layar LCD didepan supaya yang diluar bisa melihat persis apa yang terjadi didalam. Sebenarnya yang ditekankan adalah kita benar-benar ingin mendekatkan perpustakaan kepada orang-orang.” tutur Sri Rohyanti, Kepala Jurusan Ilmu Perpustkaan S1.

Menurut Marwiyah (Dosen Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), cara ini bagus untuk mahasiswa dan prodi Ilmu Perpustakaan karena akan menambah wawasan terkait dengan isu-isu yang berkembang di Dunia Barat, dari sisi ilmu Perpustakaan yang dalam hal ini adalah pemanfaatan media buku (komik) untuk menyampaikan pesan moral dan juga isu-isu tentang masyarakat sosial dan budaya di dunia Barat.

Diakhir acara, Greg dan Noredine menggambar Karim yang memakai blangkon dan dilanjutkan dengan book signing. Para peserta saling berdesakan untuk mendapatkan tanda tangan dari ketiga Komikus asal Perancis tersebut.


Note: gambar diambil oleh  Riolan


Rabu, 19 Februari 2014

SEJARAH KLASIFIKASI ISLAM



SEJARAH KLASIFIKASI ISLAM
Daftar  Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC), diterbitkan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional RI sebagai instansi pembina yang mempunyai tanggung jawab menyediakan pedoman yang baku untuk pengolahan semua jenis bahan pustaka. Pedoman ini terbit pertama kali pada tahun 1993 dengan judul Klasifikasi Bahan Pustaka tentang  Indonesia menurut DDC oleh Soekarman dan J.N.B Tairas. Dalam buku tersebut, klasifikasi yang dipakai adalah 2X0. Pada tahun 2005 Perpustakaan Nasional menerbitkan edisi revisi dengan judul Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 dewey Decimal Classification (DDC) dan pada tahun 2006 penyusunan Tajuk Sunjek Islam dapat diselesaikan.
Mempertimbangkan kemudahan dalam penggunaan pedoman tersebut maka kedua pedoman tersebut diterbitkan dalam satu kesatuan dengan judul Daftar Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 Dewey Decimal Classification (DDC).
Intinya, Klasifikasi Islam diciptakan karena klasifikasi yang ada belum memenuhi kebutuhan untuk klasifikasi Islam. Klasifikasi yang ada masih umum dan tidak spesifik untuk koleksi Islam, sehingga diperlukan pengembangan klasifikasi untuk lebih menspesifikan  klasifikassi koleksi Islam.

Referensi:
Perpustakaan Nasional RI. 2006. Daftar Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam : Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 DDC. Perpustakaan Nasional Ri, Jakarta.

Kamis, 13 Februari 2014

Terbitan Berseri

TERBITAN BERSERI
1. PENGERTIAN
Menurut Abdul Rahman dan Yuyu Yulia,  Terbitan berseri merupakan salah satu terbitan yang berisi informasi berita atau kabar, berita keilmuan serta kejadian-kejadian yang menyangkut ekonomi, politik, dan lain-l ain yang menarik di masyarakat.
Terbitan berseri disebut juga terbitan berkala yang terbit terus-menerus dengan jangka waktu yang teratur.
Webster’s Third New International Directory of The English Language mendefinisikan terbitan berseri yaitu suatu terbitan ( surat kabar, jurnal, buletin, buku tahunan) yang diterbitkan dengan nomor yang berurutan dan terbit secara berseri secara terus menerus.
Menurut ALA Glosary of Library Term, serial adalah suatu publikasi yang diterbitkan  berturut-turut, bagian demi bagian, biasanya dengan jarak penerbitan yang tetap dan dimaksudkan untuk terbit terus menerus tanpa batas-batas waktu tertentu.
Banyak pendapat mengenai definisi terbitan berseri, namun ada dua kata kunci penting mengenai terbitan berseri, yaitu:
Terbitan ini diterbitkan terpisah-pisah dengan judul yang seragam dan bernomor.
Terbitan ini dimaksudkan terbit terus menerus dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

2. SEJARAH
Beberapa ahli informasi dan perpustakaan berpendapat bahwa majalah maupun terbitan berkala lainnya merupakan awal perubahan pemikiran manusia. untuk itu terdapat dugaan bahwa majalah “Mercurius gallobelgicus” kemungkinan besar dianggap sebagai majalah pertama yang terbit di Cologne.
Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1665 M di Paris Perancis terbit majalah “Journals des Scanvans” yang kemudian berubah judul menjadi Journal des sarvant. Kemudian pada tahun yang sama di London terbit majalah Transactions of royal society yang dianggap sebagai majalah tertua di dunia yang sampai saat ini masih terbit.
Semakin hari pergaulan manusia semakin luas dan dapat saling bertukar informasi. Kemudian berkembang penerbitan berkala ini disusul dengan munculnya majalah baru di beberapa negara. Amerika pertama kali menerbitkan majalah “The general magazine and historical chronicle” terbit pada tahun 1741 yang dicetak dan diedarkan oleh B. Franklin di Pheladelphia.
Indonesia juga menyusul dalam penerbitan ini dengan terbitnya majalah “verbandelingen van het bataviaasch genootschap van kunsten en wetenschapen” yang terbit pertama kali tahun 1779 di batavia (jakarta).
Dalam hal penerbitan persurat kabaran, cina pada abad ke-8 untuk pertama kalinya menerbitkan surat kabar dengan judul “tching pao” atau “new of the palace” terbit di peking. Kemudian inggris menerbitkan london weekly pada tahun 1621. Lalu pada tahun 1631 perancis menerbitkan surat kabar berbahasa perancis pertama dengan judul “la gazette”.

Selasa, 11 Februari 2014

komunikasi pemasaran perpustakaan


KOMUNIKASI PEMASARAN
Untuk bisa berkomunikasi secara efektif, perusahaan-perusahaan membayar biro iklan untuk merancang iklan yang efektif. Perusahaan modern mengelola suatu sistem komunikasi pemasaran yang kompleks. Perusahaan itu berkomunikasi dengan perantaranya, dengan konsumennya dan dengan masyarakat luas.
Bauran komunikasi pemasaran terdiri dari 4 alat utama :
1.      Iklan : semua bentuk penyajian non-personal, promosi ide-ide, produksi barang atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar.
2.      Promosi penjualan : insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
3.      Publisitas : suatu stimulasi non-personal terhadap permintaan produk, jasa atau unit dagang dengan menyebarkan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu disuatu media.
4.      Penjualan pribadi : penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan.

Beberapa alat komunikasi :
1.      Iklan : iklan cetak dan radio, katalog, film, majalah, brosur, papan iklan, dll.
2.      Promosi dagang : hadiah, pameran, pembagian kupon, diskon, penjualan obral, dll.
3.      Publisitas : pers, pidato, seminar, hubungan masyarakat, dll.
4.      Penjualan pribadi : presentasi penjualan, pertemuan penjualan, pameran dagang.

Proses Komunikasi
§  Pengirim
§  Penulisan dalam bentuk sandi (encoding) : proses pengungkapan pendapat dalam bentuk simbolik
§  Pesan : serangkaian simbol yang dikirim oleh pengirim
§  Media : saluran komunikasi yang dipakai untuk menyampaikan pesan.
§  Pembacaan sandi (decosing) : proses ketika penerima mengartikan simbol.
§  Penerima : pihak yang menerima pesan
§  Tanggapan : reaksi dari penerima setelah melihat pesan.
§  Umpan balik : bagian dari tanggapan penerima bahwa penerima itu mengkomunikasikan kembali kepada pengirim
§  Gangguan : gangguan yang tak terduga selama proses komunikasi mengakibatkan penerima memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirim oleh penerima.
Langkah-langkah pengembangan komunikasi yang efektif :
Langkah-langkah pokok dalam mengembangkan suatu komunikasi yang menyeluruh dan program promosi. Komunikator pemasaran harus :
1.      mengidentifikasi khalayak sasaran (targety audience).
2.      Menentukan tujuan komunikasi
3.      Merangsang pesan
4.      Menyeleksi saluran-saluran komunikasi
5.      Menetapkan jumlah anggran promosi
6.      Memilih bauran promosi
7.      Mengukur hasil-hasil promosi
8.      Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi pemasaran.

A trained Librarian is a Powerful search engine"

"A trained Librarian is a Powerful search engine" 
and "
 "Librarian is the original search engine"
Foto Win Winaga.Foto Win Winaga.
Apa jadinya kita tanpa pustakawan? Tanpa pustakawan, tidak akan lahir sebuah pengetahuan baru. why? karena HANYA pustakawan yang mampu mengolah informasi sehingga informasi tersebut mudah ditemukan kembali oleh pengguna, setelah informasi ditemukan oleh pengguna, maka akan lahirlah pengetahuan-pengetahuan baru.tapi tidak banyak orang yang sadar akan hal itu. YAKINLAH, tanpa pustakawan para peneliti, para akademisi tidak akan bisa menciptakan pengetahuan baru.
kenapa diatas saya menuliskan "A trained Librarian is a Powerful search engine" and " "Librarian is the original search engine", karena di dunia ini informasi sangat melimpah dan tidak semua informasi itu valid. dan utk menemukan informasi yang valid diantara jutaan informasi maka dibutuhkan pustakawan, karena HANYA pustakawan yang bisa. Layaknya search engine, pustakawan bisa menunjukan kepada anda tentang informasi apapun, because LIBRARIAN IS THE ORIGINAL SEARCH ENGINE.
Sungguh Pustakawan itu Luar Biasa.

Minggu, 09 Februari 2014


PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KARIR MENUJU SERTIFIKASI PUSTAKAWAN

     Pengembangan Karir Pustakawan

Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang diduduki oleh dalam dunia kerja. Jadi istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai pekerjaan yang statusnya tinggi saja, melainkan posisi pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau tingkat organisasinya. Kemajuan karir seseorang dapat terwujud jika dia telah memahami tentang pengembangan karir. Pengembangan karir dirasa penting untuk menghasilkan pustakawan yang berkualitas, profesional, bertanggung jawab, jujur dan lebih mampu dalam pemberian pelayanan terbaik pada publik. Sebuah organisasi atau lembaga termasuk dalam hal ini perpustakaan dikatakan bermutu apabila kualitas pelayanan yang diberikan kepada publik telah memperoleh pengakuan dari masyarakat. Oleh karena itu, pustakawan harus memahami standar perpustakaan dan standar pustakawaan serta mengaplikasikannya agar dapat mengembangkan karirnya.
Standar tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan, tenaga teknis perpustakaan dan tenaga ahli perpustakaan. Untuk menjadi seorang kepala perpustakaan diharapkan seseorang menjabat sebagai pustakawan atau setidak-tidaknya menjadi tenaga ahli perpustakaan. Sedangkan tenaga teknis perpustakaan itu biasanya diambil dari seseorang nonpustakawan dapat juga pustakawan yang secara teknis mendukung pelaksanaan fungsi perpustakaan. Kemudian, standar seorang pustakawan sebagai berikut:
1.   Pustakawan harus memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) di bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi.
2.   Seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi juga dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan bidang perpustakaan.
3.   Pendidikan dan pelatihan di bidang perpustakaan diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga lain yang diakreditasi oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga sertifikasi yang diatur oleh Perpustakaan Nasional RI.
4.   Pustakawan harus memiliki kompetensi profesional yang mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja, dan kompetensi personal yang mencangkup aspek kepribadian dan interaksi sosial. Dan jika seorang pustakwana memiliki kompetensi tersebut akan mendapat penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial yang sudah ditetapkan di peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI.
5.   Pustakawan harus memiliki sertifikat kompetensi kepustakawanan yang diberikan oleh lembaga sertifikasi mandiri atau lembaga pendidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI.

 Pembinaaan Karir Pustakawan
1.   Pembinaan dan tuntutan profesi
Dalam era informasi muncul berbagai profesi yang terlibat dalam aktifitas informasi. Jika pustakawan tidak mampu melihat peluang, sekaligus tantangan, maka ranah garapan pustakawan akan menjadi milik orang lain. Jika tidak hati-hati pusrakawan hanya akan menempati posisi “tukang”, orang lain sebagai “manajer”. Dalam kegiatan teknologi informasi,tiga profesi sebagai pemain yaitu: a). Pakar komputer, b). Pakar komunikasi, c). Pakar ilmu Perpustakaan dan Informasi. Pakar komputer sangat piawai dalam hal perangkat lunak dan perangkat keras, pakar komunikasi lebih kepada sarana komunikasi (Communication and telecomunication infrastucture) dan penyampaiannya. Sedangkan pustakawan memiliki keahlian dalam hal informasi atau kandungan isinya. Perangkat lunak, perangkat keras komputer dan sarana komunikasi-telekomunikasi hanya alat atau media. Semua sarana tersebut tidak bermakna apa-apa, bila tidak dilengkapi dengan informasi.
Melihat tantangan, yang sekaligus juga peluang menuntut profesi sebagai pekerja informasi untuk selalu melakukan pembinaan tanpa mengikuti perkembangan, profesi pustakawan akan ketinggalan dan akan ditinggalkan.Masalah utama yang dihadapi profesi pustakawan di Indonesia khususnya adalah kualitas anggota. Berbeda dengan profesi lain, yang telah memiliki batas minimal pendidikan tertentu untuk menjafi anggtota profesi; misalnya untuk menjadi anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) harus memiliki ijazah dokter, untuk menjadi anggota IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia) minimal harus sarjana hukum. Dengan kata lain untuk menjadi anggota profesi disyaratkan secara formal memiliki pendidikan formal yang sesuai sebelum diangkat menjadi anggota. Lain halnya dengan anggota profesi pustakawan di Indonesia, yang sampai saat ini masih sangat terbuka untuk semua orang, tanpa melihat latar belakang pendidikan yang bersangkutan. Padahal di Inggris, untuk menjadi anggota LA ( Library Association), harus mengajukan permohonan melalui penilaian tertentu seseorang dapat diterima atau ditolak. Latar belakang pendidikan ilmu Perpustakaan tidak serta merta menjadi anggota LA. Saat ini anggota profesi pustakawan Indonesia berbagai latar belakang pendidikan, baik sarjana atau bukan sarjana. Baik sarjana sebagian besar bukan sarjana Ilmu Perpustakaan.
Namun demikian, pemerintah RI untuk mengangkat seseorang menjadi pustakawan sebagai jabatan fungsional harus memiliki persyaratan tertentu. Pada awal diakuinya jabatan fungsional pustakawan (1988), PNS dengan pangkat minimal 2/A, ijazah minimal SMA atau sederajat dan telah bekerja di perpustakaan minimal 2 tahun dapat diangkat menjadi pustakawan. Namun sekarang, untuk dapat diangkat dan menduduki jabatan fungsional pustakawan disyaratkan berpendidikan minimal D2 Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Dilihat dari segi kualitas pustakawan masih sangat memprihatinkan, karena dari segi pendidikan ternyata hampir 70% pustakawan berasal daripendidikan non-pustakawan; hanya sekitar 30% yang memiliki ijazah Ilmu Perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Untuk memberikan gambaran komposisi pustakawan  (sebenarnya, pejabat fungsional pustakawan menurut SK Menpan 132/2002) berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
<= SLTA
1062
41,23
Diploma & SM
608
23,60
S1
791
30,71
S2
85
3,30
S3
1
0,04
Tda
29
1,13
Jumlah
2576
100

Sumber: Data Perpustakaan Nasional RI, 2004